Kamis, 12 Juni 2014

 http://content.rajakamar.com/wp-content/uploads/2014/02/candi-mendut-2.jpg

 

CANDI MENDUT
Singgasana untuk Arca Buddha Raksasa

Beragam peninggalan yang mencerminkan kejayaan dan kemegahan masa lalu tersebar di berbagai penjuru nusantara. Salah satu sisa kemegahan masa lalu adalah Candi Mendut yang terletak sekitar 3 km arah timur dari Candi Borobudur. Prasasti Kayumwungan yang ditemukan di Karangtengah menyebutkan bahwa Candi Mendut dibangun oleh Raja Indra dari Dinasti Syailendra. Candi berbentuk persegi empat dengan atap bertingkat yang dihiasi stupa-stupa kecil ini dibangun lebih dulu daripada Candi Pawon dan Candi Borobudur yang terletak dalam satu garis lurus. Berbeda dengan Candi Borobudur yang menghadap ke arah matahari terbit, maka pintu masuk Candi Mendut menghadap ke arah barat.
Pagi itu kala YogYES mengunjungi candi tampak beberapa siswi SMA dan wisatawan asing sedang menaiki tangga candi. Dari kejauhan Candi Mendut terlihat anggun dan kokoh berdiri di atas kaki candi setinggi 3,70 m. Sesampainya di pelataran, YogYES berjalan mengitari kaki candi dan menemukan beberapa panel relief yang mengisahkan tentang burung dan kura-kura, kera dan burung manyar, brahmana dan kepiting, serta sejumlah fabel lainnya. Sepintas lalu relief itu terlihat seperti cerita yang ditujukan untuk anak-anak, namun sejatinya relief yang menggambarkan kisah jataka itu memberikan pesan moral bagi semua orang yang berkunjung ke Candi Mendut. Naik ke badan candi, YogYES menemukan 8 relief Bodhisattva dengan berbagai sikap tangan serta berukuran jauh lebih besar dibandingkan dengan panel relief di Candi Borobudur.
Saat melangkahkan kaki memasuki bilik candi, semerbak wangi bunga bercampur dengan aroma hio tercium dengan dengan jelas. Tiga arca setinggi 3 meter yang disinari cahaya keemasan menyambut YogYES. Arca-arca berukuran besar yang berada di bilik Candi Mendut itu adalah arca Dyani Buddha Cakyamuni atau Vairocana, arca Avalokitesvara, dan arca Bodhisatva Vajrapani. Arca Dyani Buddha Cakyamuni yang berada di tengah duduk dengan kedua kaki menyiku ke bawah dan sikap tangan memutar roda dharma. Dipahat dari batu utuh dengan kecermatan tinggi membuat tiga arca itu nampak anggun dan gagah. Di depan arca Buddha terdapat rangkaian bunga segar, hiolo, dan hio.
Puas menikmati keindahan Candi Mendut dan ketiga arca raksasanya, YogYES meninggalkan gerbang candi melewati deretan kios suvenir. Tak jauh dari candi terdapat Buddhist Monastery yang hening dan terbuka untuk umum. Bunga teratai yang bermekaran di kolam serta sejumlah stupa yang berjajar menghiasi jalan masuk Buddhist Monastery. Setiap malam mulai pukul 19.00 - 20.00 WIB, di tempat ini dilakukan ritual chanting atau meditasi dengan cara mendengarkan alunan musik serta nyanyian. Tak harus beragama Buddha, siapapun boleh mengikuti ritual chanting. Namun sayang, saat YogYES mengunjungi Buddhist Monastery pada malam hari ritual chanting baru saja usai. YogYES pun beranjak pergi meninggalkan Buddhist Monastery dan Candi Mendut yang berdiri dengan megah di tengah kegelapan.

 http://upload.wikimedia.org/wikipedia/commons/8/8c/Borobudur-Nothwest-view.jpg

9 Fakta Mengagumkan tentang Candi Borobudur

  1. Candi Borobudur dibangun antara abad ke-8 dan ke-9, 300 tahun sebelum Angkor Wat di Kamboja dan 400 tahun sebelum katedral-katedral agung di Eropa.
  2. Candi Borobudur memiliki luas 123x123 m2 dengan 504 patung Buddha, 72 stupa terawang dan 1 stupa induk. UNESCO mengakuinya sebagai salah satu monumen Buddha terbesar di dunia.
  3. Candi Borobudur memiliki 2672 panel relief yang bila disusun berjajar akan mencapai panjang 6 kilometer! UNESCO memujinya sebagai ansambel relief Buddha terbesar dan paling lengkap di dunia, tak tertandingi dalam nilai seni, setiap adegannya adalah mahakarya yang utuh.
  4. Candi Borobudur dibangun dari 60.000 meter kubik batuan vulkanik dari Sungai Elo dan Progo yang terletak sekitar 2 km sebelah timur candi.
  5. Candi Borobudur memiliki 100 talang air berbentuk makara (patung ikan berkepala gajah) sebagai saluran air sekaligus untuk menambah keindahan candi. Dahulu, air hujan yang mengalir melalui makara akan terlihat seperti air mancur.
  6. Candi Borobudur adalah puzzle raksasa yang tersusun dari 2 juta balok batu vulkanik yang dipahat sedemikian sehingga saling mengunci (interlock).
  7. Berhubung saat itu sistem metrik belum dikenal maka satuan panjang yang digunakan untuk membangun Candi Borobudur adalah tala yang dihitung dengan cara merentangkan ibu jari dan jari tengah atau mengukur panjang rambut dari dahi hingga dasar dagu.
  8. Candi Borobudur dibangun selama 75 tahun di bawah pimpinan arsitek Gunadarma, tentu saja tanpa bantuan komputer :)
  9. Sejak pertengahan abad ke-9 hingga awal abad ke-11, Candi Borobudur menjadi tempat peziarahan umat Buddha dari China, India, Tibet, dan Kamboja.
Berpijak pada fakta-fakta tersebut maka tidak diragukan lagi bahwa Candi Borobudur menjadi salah satu jejak sejarah paling penting dalam perkembangan peradaban umat manusia. Kemegahan dan keagungan arsitektur Candi Borobudur merupakan harta karun dunia yang mengagumkan dan tak ternilai harganya. Kunjungi Candi Borobudur dan temukan fakta kesepuluh untuk menggenapi 9 fakta mengagumkan ini.
 
Buaya adalah reptil bertubuh besar yang hidup di air. Secara ilmiah, buaya meliputi seluruh spesies anggota suku Crocodylidae, termasuk pula buaya ikan (Tomistoma schlegelii). Meski demikian nama ini dapat pula dikenakan secara longgar untuk menyebut ‘buaya’ aligator, kaiman dan gavial; yakni kerabat-kerabat buaya yang berlainan suku.
Buaya umumnya menghuni habitat perairan tawar seperti sungai, danau, rawa dan lahan basah lainnya, namun ada pula yang hidup di air payau seperti buaya muara. Makanan utama buaya adalah hewan-hewan bertulang belakang seperti bangsa ikan, reptil dan mamalia, kadang-kadang juga memangsa moluska dan krustasea bergantung pada spesiesnya. Buaya merupakan hewan purba, yang hanya sedikit berubah karena evolusi semenjak zaman dinosaurus.
Dikenal pula beberapa nama daerah untuk menyebut buaya, seperti misalnya buhaya (Sd.); buhaya (bjn); baya atau bajul (Jw.); bicokok (Btw.), bekatak, atau buaya katak untuk menyebut buaya bertubuh kecil gemuk; senyulong, buaya jolong-jolong (Mly.), atau buaya julung-julung untuk menyebut buaya ikan; buaya pandan, yakni buaya yang berwarna kehijauan; buaya tembaga, buaya yang berwarna kuning kecoklatan; dan lain-lain.

Distrubition of crocodiles
Dalam bahasa Inggris buaya dikenal sebagai crocodile. Nama ini berasal dari penyebutan orang Yunani terhadap buaya yang mereka saksikan di Sungai Nil, krokodilos; kata bentukan yang berakar dari kata kroko, yang berarti ‘batu kerikil’, dan deilos yang berarti ‘cacing’ atau ‘orang’. Mereka menyebutnya ‘cacing bebatuan’ karena mengamati kebiasaan buaya berjemur di tepian sungai yang berbatu-batu.

Biologi dan perilaku

Buaya, seperti halnya dinosaurus, memiliki tulang-tulang iga yang termodifikasi menjadi gastralia
Di luar bentuknya yang purba, buaya sesungguhnya merupakan hewan melata yang kompleks. Tak seperti lazimnya reptil, buaya memiliki jantung beruang empat, sekat rongga badan (diafragma) dan cerebral cortex. Pada sisi lain, morfologi luarnya memperlihatkan dengan jelas cara hidup pemangsa akuatik. Tubuhnya yang "streamline" memungkinkannya untuk berenang cepat. Buaya melipat kakinya ke belakang melekat pada tubuhnya, untuk mengurangi hambatan air dan memungkinkannya menambah kecepatan pada saat berenang. Jari-jari kaki belakangnya berselaput renang, yang meskipun tak digunakan sebagai pendorong ketika berenang cepat, selaput ini amat berguna tatkala ia harus mendadak berbalik atau melakukan gerakan tiba-tiba di air, atau untuk memulai berenang. Kaki berselaput juga merupakan keuntungan manakala buaya perlu bergerak atau berjalan di air dangkal.
Buaya dapat bergerak dengan sangat cepat pada jarak pendek, bahkan juga di luar air. Binatang ini memiliki rahang yang sangat kuat, yang dapat menggigit dengan kekuatan luar biasa, menjadikannya sebagai hewan dengan kekuatan gigitan yang paling besar. Tekanan gigitan buaya ini tak kurang dari 5.000 psi (pounds per square inch; setara dengan 315 kg/cm²); bandingkan dengan kekuatan gigitan anjing rottweiler yang hanya 335 psi, hiu putih raksasa sebesar 400 psi, atau dubuk (hyena) sekitar 800 – 1.000 psi. Gigi-gigi buaya runcing dan tajam, amat berguna untuk memegangi mangsanya. Buaya menyerang mangsanya dengan cara menerkam sekaligus menggigit mangsanya itu, kemudian menariknya dengan kuat dan tiba-tiba ke air. Oleh sebab itu otot-otot di sekitar rahangnya berkembang sedemikian baik sehingga dapat mengatup dengan amat kuat. Mulut yang telah mengatup demikian juga amat sukar dibuka, serupa dengan gigitan tokek. Akan tetapi sebaliknya, otot-otot yang berfungsi untuk membuka mulut buaya amat lemah. Para peneliti buaya cukup melilitkan pita perekat besar (lakban) beberapa kali atau mengikatkan tali karet ban dalam di ujung moncong yang menutup, untuk menjaganya agar mulut itu tetap mengatup sementara dilakukan pengamatan dan pengukuran, atau manakala ingin mengangkut binatang itu dengan aman. Cakar dan kuku buaya pun kuat dan tajam, akan tetapi lehernya amat kaku sehingga buaya tidak begitu mudah menyerang ke samping atau ke belakang.
Buaya memangsa ikan, burung, mamalia, dan kadang-kadang juga buaya lain yang lebih kecil bahkan bangkai buaya dewasa. Reptil ini merupakan pemangsa penyergap; ia menunggu mangsanya hewan darat atau ikan mendekat, lalu menerkamnya dengan tiba-tiba. Sebagai hewan yang berdarah dingin, predator ini dapat bertahan cukup lama tanpa makanan, dan jarang benar-benar perlu bergerak untuk memburu mangsanya. Meskipun nampaknya lamban, buaya merupakan pemangsa puncak di lingkungannya, dan beberapa jenisnya teramati pernah menyerang dan membunuh ikan hiu.Perkecualiannya adalah burung cerek Mesir, yang dikenal memiliki hubungan simbiotik dengan buaya. Konon, burung ini biasa memakan hewan-hewan parasit dan sisa daging yang berdiam di mulut buaya, dan untuk itu sang raja sungai membuka mulutnya lebar-lebar serta membiarkan si cerek masuk untuk membersihkannya.
Selain memakan daging, 13 dari 23 spesies buaya kini diketahui juga memakan buah. Pada sebuah analisis rutin yang dilakukan terhadap buaya Amerika (Alligator mississippiensis) yang tinggal di Taman Nasional Everglades, Florida, para peneliti dari US Fish and Wildlife Service menemukan sebuah "kolam apel" di dalam perut buaya. Tahun 2012, seorang peneliti dari Asia Tenggara juga melihat seekor buaya siam melahap semangka.
Patung Saint Theodore of Amasea menginjak seekor buaya (Venesia, Italia)
Pada musim kawin dan bertelur buaya dapat menjadi sangat agresif dan mudah menyerang manusia atau hewan lain yang mendekat. Di musim bertelur buaya amat buas menjaga sarang dan telur-telurnya. Induk buaya betina umumnya menyimpan telur-telurnya dengan dibenamkan di bawah gundukan tanah atau pasir bercampur dengan serasah dedaunan. Induk tersebut kemudian menungguinya dari jarak sekitar 2 meter.
Embrio buaya tak memiliki kromosom seksual, yakni kromosom yang menentukan jenis kelamin anak yang akan ditetaskan. Jadi tak sebagaimana manusia, jenis kelamin buaya tak ditentukan secara genetik. Alih-alih, jenis kelamin ini ditentukan oleh suhu pengeraman atau suhu sarang tempat telur ditetaskan. Pada buaya muara, suhu sekitar 31,6°C akan menghasilkan hewan jantan, sedikit lebih rendah atau lebih tinggi dari angka itu akan menghasilkan buaya betina. Masa pengeraman telur adalah sekitar 80 hari, tergantung pada suhu rata-rata sarang.
Buaya ditengarai memiliki insting untuk kembali ke tempat tinggalnya semula (homing instinct). Tiga ekor buaya yang ganas di Australia Utara telah dipindahkan ke lokasinya yang baru, sejauh 400 km, dengan menggunakan helikopter. Akan tetapi dalam tiga minggu hewan-hewan ini diketahui telah tiba kembali di tempat asalnya. Kejadian ini terpantau melalui alat pelacak yang dipasang pada tubuh reptil tersebut.
Menurut pengetahuan sekarang, buaya memiliki kekerabatan yang lebih erat dengan burung dan dinosaurus, dibandingkan dengan kebanyakan reptil umumnya. Tiga kelompok yang pertama itu, ditambah dengan kelompok pterosaurus, digolongkan menjadi grup besar Archosauria (='reptil yang menguasai'

Umur

Tidak ada cara yang meyakinkan untuk menghitung umur buaya, selain dengan mengetahui waktu penetasannya dahulu, meskipun ada beberapa teknik yang telah dikembangkan. Metode yang paling umum digunakan untuk menaksir umur hewan ini ialah dengan menghitung lingkaran tumbuh pada tulang dan gigi. Tiap-tiap lapis lingkaran menggambarkan adanya perubahan pada laju pertumbuhan, yang mungkin disebabkan oleh perubahan musim kemarau dan hujan yang berulang setiap tahun. Dengan tetap mengingat peluang ketidaktepatan metode ini, buaya yang tertua kemungkinan adalah spesies yang terbesar. Buaya muara (C. porosus) diperkirakan dapat hidup rata-rata hingga 70 tahun, dengan sedikit individu yang terbukti dapat melebihi umur 100 tahun. Salah satu buaya tertua yang tercatat, mati di kebun binatang Rusia pada usia sekitar 115 tahun.
Seekor buaya air tawar jantan yang dipelihara di Kebun Binatang Australia diperkirakan berumur 130 tahun. Hewan ini diselamatkan Bob Irwin dan Steve Irwin dari alam liar setelah ditembak dua kali oleh pemburu. Akibat tembakan senjata itu, buaya tersebut (yang kini dijuluki sebagai "Mr. Freshy") kehilangan mata kanannya.

Ukuran

Ukuran tubuh buaya sangat bervariasi dari jenis ke jenis, mulai dari buaya kerdil hingga buaya muara raksasa. Spesies bertubuh besar dapat tumbuh lebih panjang dari 5 m dan memiliki berat melebihi 1.200 kg. Walaupun demikian, bayi-bayi buaya hanya berukuran sekitar 20 cm tatkala menetas dari telur. Spesies buaya terbesar adalah buaya muara, yang hidup di wilayah Asia Tenggara hingga ke Australia utara.
Ukuran terbesar buaya muara hingga kini masih diperdebatkan. Buaya terbesar yang pernah tercatat adalah seekor buaya muara raksasa sepanjang 8,6 m, yang tertembak oleh seorang guru sekolah di Australia. Sedangkan buaya terbesar yang masih hidup adalah seekor buaya muara sepanjang 7,1 m di Suaka Margasatwa Bhitarkanika, Orissa, India. Pada bulan Juni 2006, rekornya dicatat pada The Guinness Book of World Records.
Dua catatan lain yang tepercaya mengenai ukuran buaya terbesar adalah rekor dua ekor buaya sepanjang 6,2 m. Buaya yang pertama ditembak di Sungai Mary, Northern Territory, Australia pada 1974 oleh seorang pemburu gelap, yang kemudian diukur oleh seorang petugas kehutanan. Sedangkan buaya yang kedua dibunuh di Sungai Fly, Papua Nugini. Ukuran buaya kedua ini sebetulnya diperoleh dari kulit, yang diukur oleh Jerome Montague, seorang peneliti margasatwa. Dan karena ukuran kulit selalu lebih kecil (menyusut) dari ukuran hewan aslinya, dipercaya bahwa buaya kedua ini sedikitnya berukuran 10 cm lebih panjang ketika hidup.
Penangkaran Buaya Samutprakarn, Bangkok
Buaya terbesar yang pernah dipelihara di penangkaran adalah seekor blasteran buaya muara dengan buaya Siam yang diberi nama Yai (Th.: ใหญ่, berarti besar) (menetas pada 10 Juni 1972) di Kebun Penangkaran Buaya Samutprakarn yang terkenal di Thailand. Binatang melata ini memiliki panjang tubuh hingga 6 m dan berat mencapai 1.114,27 kg.
Buaya raksasa peliharaan yang lain adalah seekor buaya muara yang bernama Gomek. Hewan ini ditangkap oleh George Craig di Papua Nugini dan kemudian dijual ke St. Augustine Alligator Farm di Florida, Amerika. Buaya ini mati karena penyakit jantung pada Februari 1997 dalam usia yang cukup tua. Menurut catatan penangkaran tersebut, ketika mati Gomek memiliki panjang 5,5 m dan mungkin berusia antara 70–80 tahun.
Buaya Bhitarkanika yang terbesar diperkirakan sepanjang 7,62 m. Dugaan ini diperoleh para ahli berdasarkan ukuran sebuah tengkorak buaya yang disimpan oleh keluarga Kerajaan Kanika. Buaya tersebut kemungkinan ditembak mati di dekat Dhamara sekitar tahun 1926 dan kemudian tengkoraknya diawetkan oleh Raja Kanika ketika itu. Dugaan panjang di atas didapat melalui perhitungan, dengan mengingat bahwa panjang tengkorak buaya sekitar sepertujuh panjang total badannya.

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
Evolusi manusia, atau Anthropogenesis, merupakan bagian dari evolusi biologi yang mengenai munculnya homo sapiens. Ini merupakan subyek yang luas penyelidikan ilmiah yang berusaha memahami dan menjelaskan bagaimana perubahan ini terjadi. Studi dari evolusi manusia meliputi berbagai ilmu pengetahuan, terutama fisik antropologi, linguistik dan genetika. Beberapa typological spesies Homo telah berkembang. Termasuk Homo erectus yang menghuni Asia dan Homo neanderthalensis yang menghuni Eropa. Archaic Homo sapiens berevolusi antara 400.000 dan 250.000 tahun yang lalu.
Studi genetik menunjukkan bahwa primata bercabang (memisahkan diri) dari mamalia lain sekitar 85 juta tahun yang lalu pada periode Kapur Akhir, dan fosil paling awal muncul di era Paleosen, sekitar 55 juta tahun yang lalu.  Keluarga Hominidae bercabang (memisahkan diri) dari keluarga Hylobatidae (Ungka)  sampai dengan 20 juta tahun yang lalu, dan sekitar 14 juta tahun yang lalu, Ponginae (orangutan), bercabang (memisahkan diri) dari keluarga Hominidae. Bipedalisme adalah adaptasi dasar dari garis suku hominini, bipedal awal hominin diduga salah satu Sahelanthropus atau Orrorin, bersama Ardipithecus, bipedal penuh muncul kemudian. Gorila dan simpanse memisahkan diri sekitar waktu yang sama, sekitar 4-6 juta tahun yang lalu, Sahelanthropus atau Orrorin mungkin nenek moyang terakhir manusia dengan dengan mereka (gorila dan simpanse). Bipedal awal akhirnya berkembang menjadi australopithecine dan kemudian berkembang lagi menjadi genus Homo.
Dokumentasi awal dari genus Homo adalah Homo Habilis yang berevolusi sekitar 2,3 juta tahun yang lalu; spesies yang dipercaya telah menggunakan alat-alat dari batu. Volume otak dari homininid awal seukuran dengan simpanse. Selama jutaan tahun berikutnya proses ensefalisasi dimulai, dimasukkannya Homo Erectus dalam catatan fosil, kapasitas tengkorak telah dua kali lipat menjadi 850 cm3. Homo erectus dan Homo ergaster adalah homininae awal yang meninggalkan Afrika, dan spesies ini menyebar melalui Afrika, Asia, dan Eropa antara 1,3 juta – 1,8 juta tahun yang lalu. Diperkirakan bahwa spesies ini adalah yang pertama yang menggunakan api dan alat-alat yang kompleks. Berdasarkan teori asal usul manusia modern dari Afrika terbaru, manusia modern mungkin berevolusi di Afrika dari Homo heidelbergensis, Homo rhodesiensis, atau Homo antecessor dan bermigrasi keluar benua Afrika sekitar 50.000 sampai 100.000 tahun yang lalu, menggantikan populasi lokal Homo erectus, Homo Denisova, Homo floresiensis, dan Homo neanderthalensis.
Homo sapiens kuno, leluhur manusia modern secara anatomis, berevolusi antara 400.000 dan 250.000 tahun yang lalu. Bukti DNA terbaru menunjukkan bahwa beberapa haplotipe asal Neanderthal hadir di antara semua populasi non-Afrika; dan Neanderthal serta hominid lainnya, seperti Hominin Denisova mungkin telah berkontribusi hingga 6% dari genom mereka untuk manusia masa kini. Manusia beranatomi modern berevolusi dari Homo sapiens kuno di era pertengahan Paleolitikum sekitar 200.000 tahun yang lalu. Transisi ke perilaku modern dengan perkembangan budaya simbolik, bahasa, dan teknologi batu terjadi sekitar 50.000 tahun yang lalu menurut banyak antropolog meskipun ada beberapa antropolog meyakini perubahan kebiasaan tersebut terjadi bertahap dalam jangka waktu yang lebih lama.

Manusia purba

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas

Homo rhodesiensis "Broken Hill Cranium": berumur sekitar 130.000 tahun lalu (menggunakan determinasi asam amino racemization) atau 800.000 sampai 600.000 tahun lalu (pada waktu yang sama dengan Homo erectus), bergantung kepada metode pengukuran yang digunakan.
Sejumlah keberagaman dari Homo dikelompokkan menjadi kategori yang lebih luas yaitu Manusia Purba, berlawanan dengan manusia modern (Homo sapiens), pada periode dimulai dari 500.000 tahun lalu. Kategori-kategori tersebut biasanya mengikutkan Homo heidelbergensis, Homo rhodesiensis, Homo neanderthalensis, dan mungkin juga termasuk Homo antecessor.
Manusia modern diteorikan berkembang dari manusia purba, yang berkembang dari Homo erectus. Jenis dari manusia purba dikelompokan di bawah nama binomial "Homo sapiens" karena ukuran otaknya sangat mirip dengan manusia modern. Manusia purba memiliki ukuran otak 1200 sampai 1400 kubik sentimeter, yang melebihi rentang pada manusia modern. Manusia purba dibedakan dari manusia modern anatomis dari tengkoraknya yang tebal, tonjolan bubung alis dan tidak menonjolnya dagu.
Manusia modern anatomis muncul sekitar 200.000 tahun lalu dan setelah 70.000 tahun lalu (lihat teori bencana Toba) secara gradual meminggirkan jenis "purba". Jenis "non-modern" dari Homo dipastikan bertahan sampai 30.000 tahun lalu, dan mungkin sampai 10.000 tahun lalu. Yang mana, jika ada, dikelompokan di bawah istilah "manusia purba" hanyalah masalah definisi dan beragam di antara penulis. Namun, dan menurut penelitian genetik terbaru, manusia modern tampaknya kawin dengan "paling tidak dua kelompok" dari manusia purba: Orang Neanderthal dan Denisovan.
Bukti baru menunjukkan kelompok lain mungkin telah punah 11.500 tahun lalu, Orang Gua Red Deer dari Cina.

Rabu, 11 Juni 2014

 
Jika selama ini banyak ilmuwan-ilmuwan mengatakan bahwa negeri saba’ yang diceritakan dalam alquran itu berada di daerah yang sekarang adalah Yaman, maka menurut KH Fahmi Basya, negeri saba’ itu sebenarnya berada di Indonesia. Benarkah?
Dalam flying book itu KH Fahmi Basya mengungkapkan dengan bukti-bukti ilmiah bahwa candi borobudur bukanlah hasil kebudayaan Budha, sebagaimana kita ketahui selama ini. Candi borobudur sudah ada sejak lama, jauh sebelum Budha ada di nusantara ini. Berdasarkan penelitiannya, candi borobudur itu bahkan di bangun oleh nabi sulaiman dengan bantuan para jin pada jaman ketika nusantara belum berbentuk seperti sekarang, yaitu masih berupa daratan yang luas. Banyak data dan analisis yang dipaparkan dalam flying book itu sebagai bukti terhadap argumen ini.
Untuk mengetahui salah satu bukti argumen itu, sebelumnya ada baiknya kita mengetahui simbol lafadz bismillah. Simbol itu bisa dibuat dengan melukis sebuah 7 buah lingkaran sama besar yang salah satu lingkaran berada di tengah dan dikelilingi oleh 6 lingkaran lainnya.
Masing-masing lingkaran mewakili satu huruf pada lafadz bismillah yaitu ba, sin, mim, alif, lam, lam, dan ha’ . Jika keenam lingkaran di luar masing-masing titik pusatnya secara berurutan dihubungkan dengan garis kemudian lingkaran-lingakaran yang diluar itu dihapus, jadilah bentuk itu sebagai segi enam dengan lingkaran di tengahnya. Itulah simbol lafadz bismillah.
Sekarang mari kita amati salah satu kontur yang banyak terukir di batu-batu candi Borobudur. inilah kontur itu.
ternyata bentuk itu banyak sekali kita temukan pada batu-batu di candi Borobudur. Segi enam dengan lingkaran ditengahnya. Apakah arti bentuk itu? Ternyata simbol segi enam dengan lingkaran di bawahnya adalah simbol lafadz bismillah. Demikianlah salah satu bukti analisa yang disampaikan oleh KH Fahmi Basya dalam flying booknya.
Selain itu, dalam flying book tersebut juga diungkapkan secara ilmiah bahwa candi borobudur dahulunya bukan di tempat seperti yang sekarang, melainkan sempat mengalami pemindahan dengan kecepatan pemindahan melebihi kecepatan cahaya (60.000 kali). Hal ini mengakibatkan kontur candi borobudur mengalami peluruhan. Pemindahan candi ini sesuai cerita dalam alqur’an : “Berkatalah seorang yang mempunyai ilmu dari AI Kitab: “Aku akan membawa singgasana itu kepadamu sebelum matamu berkedip”. Maka tatkala Sulaiman melihat singgasana itu terletak di hadapannya, iapun berkata: “Ini termasuk kurnia Tuhanku untuk mencoba aku apakah aku bersyukur atau mengingkari (akan nikmat-Nya). Dan barangsiapa yang bersyukur maka sesungguhnya dia bersyukur untuk (kebaikan) dirinya sendiri dan barangsiapa yang ingkar, maka sesungguhnya Tuhanku Maha Kaya lagi Maha Mulia”. (QS.An Naml:40)
Selama ini yang sering diungkapkan adalah bahwa pemindahan itu dari yaman ke palestina, namun sesungguhnya bukti nyatanya belum pernah ditemukan.
Lalu menurut penelitian KH Fahmi Basya, dimana letak candi Borobudur sebelum dipindahkan? Jawabannya adalah di kawasan candi boko yang terletak di kabupaten bantul. Di kawasan itu nampak bekas-bekas adanya candi besar. Namun, candi besar itu hilang, entah bagaimana hilangnya, yang jelas bukan karena hancur atau runtuh. Bahkan di kawasan candi boko ditemukan serpihan-serpihan sisa candi yang konturnya mirip dengan kontur candi borobudur. Hanya saja, kontur yang ada di kawasan candi boko ini tampak lebih jelas dibandingkan dengan kontur yang ada di candi borobudur. Hal ini disebabkan peluruhan yang terjadi akibat pemindahan dengan kecepatan 60.000 kali kecepatan cahaya tadi. (Lihat gambar)
Lebih jauh lagi KH Fahmi Basya membahas sisi lain dari candi borobudur, yaitu bahwa desain candi borobudur sangat kompleks dan memiliki makna yang dalam. Misalnya relief yang ada di dinding-dindingnnya, ukuran volume candi yang membentuk balok al quran ( 23x23x12 = 6348 = jumlah ayat dalam alqur’an berserta basmalah), bahkan bukti foto google art yang menunjukkan bahwa puncak candi membentuk sebuah sebuah garis lurus yang menghubungkannya dengan rukun syaam dan hajar aswad ka’bah. Dan banyak lagi fakta-fakta yang dikemukakan dalam flying book itu.
Nama saba’ sendiri, di dapat dari Alqur’an, dimana secara singkat Alqur’an (surat An Naml dan surat Saba’) menceritakan bahwa negeri saba’ dahulu merupakan sebuah negeri yang amat makmur, subur tanahnya dan maju bangsanya. Dalam negeri itu pernah hidup Nabi-Nabi terdahulu seperti nabi daud AS, Nabi Sulaiman AS, dan juga seorang ratu perempuan yang amat melegenda yaitu ratu Bilqis. Namun, negeri itu dimusnahkan oleh Allah SWT dengan sebuah banjir yang amat besar karena kemusyrikan bangsa di negeri itu, yaitu kereka melekukan ibadah menyembah matahari.
Sementara itu, dalam sebuah legenda yang sangat terkenal di dunia, konon pernah ada sebuah negeri yang karakteristiknya hampir mirip dengan yang diceritakan alqur’an itu. Negeri itu bernama negeri Atlantis. Negeri itu berada di sebuah daratan yang luas dan subur, dan dihuni oleh bangsa maju dan makmur, unggul dalam hal irigasi pertanian. Daratan luas itulah yang disebut sebagai benua Atlantis yang mana benua itu musnah pada jaman es. Seiring tenggelamnya daratan Atlantis, maka musnahlah negeri Atlantis yang begitu makmur itu.
Berdasarkan kemiripan kisah dalam Al Qur’an dan legenda yang berkembang di hampir seluruh penjuru dunia itu, bisa jadi, negeri saba’ yang dimaksudkan dalam Al Quran itu tak lain adalah negeri Atlantis yang dulu mendiami daratan Atlantis yang kini sudah musnah akibat banjir besar di jaman es. Benar atau tidaknya memang masih membutuhkan penelitian lebih lanjut.
Selama ini hampir kebanyakan ilmuwan mengatakan bahwa negeri saba’ yang disebutkan dalam Alquran itu terletak di daerah Yaman, bahkan dalam banyak tafsir Al Quran pun mengatakan demikian. Namun, melalui ekspedisi dan penelitiannya, yang hasilnya dibuat dalam bentuk flying boook, KH Fahmi Basya menyimpulkan bahwa bukanlah daerah Yaman letak sebenarnya negeri Saba’ itu, melainkan ia berada di sebuah wilayah dengan pusatnya di pulau Jawa, dimana dahulu wilayah itu mencakup wilayah Indonesia dan masih merupakan sebuah daratan yang luas atau berupa sebuah benua. Berikut saya tuliskan 14 bukti yang dikemukakan oleh KH fahmi Basya yang mengungkapkan bahwa negeri saba’ dalam Al Qur’an itu bukan terletak di Yaman melainkan di Indonesia.
PERTAMA. Nama saba’ itu sendiri. “..dan kubawa kepadamu dari negeri Saba suatu berita penting yang diyakini.” (QS. 27:22). Di Indonesia ada nama dan tempat bernama saba’ (tempat pertemuan) dan ada tempatnya. sementara di Yaman tidak ada. Yang ada hanya sabuun(prasasti), tapi tidak ada a=nama tempat bernama saba’
KEDUA. Hutan saba’. “Sesungguhnya bagi kaum Saba’ ada tanda (kekuasaan Tuhan) di tempat kediaman mereka yaitu dua buah hutan (kebun) di sebelah kanan dan di sebelah kiri” (QS.34:14). Disebutkan terdapat hutan sebagai tanda kekuasaan (ayat). Allah menyebut sesuatu sebagai ayat maka berarti sesuatu tersebut tidak akan hilang dan tetap dapat di amati oleh manusia. Sebagaimana dalam QS 54.15 Allah menyebut kapal nabi nuh sebagai ayat dan itu kita temukan. Maka sesuai sebutan “ayat” itu seharusnya hutan itu juga bisa ditemukan atau pastilah hutan saba’ itu masih ditemukan. Kita bisa buka dalam kamus bahasa jawa kawi, HUTAN dalam bahasa jawa adalah WANA, dan SABA’ berarti PERTEMUAN. Jadi hutan saba’ itu ada di pulau jawa yaitu WANASABA=WONOSOBO Ada juga nama sleman yang berasal dari kata sulaiman. Sementara di Yaman tidak diketemukan nama-nama semacam itu.
KETIGA. Tempat bersujud (menyembah) kepada matahari. “Aku mendapati dia dan kaumnya menyembah (bersujud kepada) matahari…”(QS. 27:24). Di Yaman tidak dijumpai tempat semacam itu, sementara di Indonesia tempat semacam itu ada yaitu di kawasan bukit candi Boko. Disana ada tempat yang digunakan untuk menyembah matahari yang berupa bangunan di atas bukit menghadap ketimur, ke arah matahari terbit.
KEEMPAT. Bangunan di lembah semut. “Berkatalah seorang yang mempunyai ilmu dari AI Kitab[1097]: “Aku akan membawa singgasana itu kepadamu sebelum matamu berkedip”. Maka tatkala Sulaiman melihat singgasana itu terletak di hadapannya, iapun berkata: “Ini termasuk kurnia Tuhanku …”(QS. 27:40). Di Yaman tidak ada bangunan semacam ini, tapi di Indonesia ada, yaitu candi Borobudur. candi Borobudur terletak di sebuah lembah, dan itulah lembah semut, lembah terindah di dunia.
KELIMA. Fakta pemindahan. Ada bekas stupa di candi Boko (36 km dari candi Borobudur), dimana tekstur bekas stupa itu sangat mirip dengan yang ada di candi borobudur. di Yaman tidak ada.
KEENAM. Sidrin qolil. “…sesuatu yang disebut sidrin Qolil”(qs. 34:16). Di indonesia sidrin qolil ini masih ada sampai sekarang, yaitu terdapat di candi Boko, sementara di Yaman tidak ada.
KETUJUH. Buah yang rasanya pahit, dan menjadi buah mulut (cerita rakyat). “…dan kami ganti kedua kebun mereka dengan dua kebun yang ditumbuhi (pohon-pohon) yang berbuah pahit…”(QS. 34:16). Di Indonesia ada buah yang rasanya pahit yaitu buah MAJAPAHIT, di Yaman tidak ada.
KEDELAPAN. Sisa banjir. “… Maka kami datangkan kepada mereka banjir yang besar…”(QS.34:16). Di Yaman disebutkan banjir ini disebabkan runtuhnya bendungan Ma’rib (sebesar bendungan situ gintung) tapi banjir yang semacam ini terlalu kecil untuk memusnahkan sebuah negeri. Tapi di Indonesia banjir itu ada yaitu banjir sangat besar yang menenggelamkan dataran/dangkalan sunda, mengakibatkan Indonesia terbagi menjadi banyak pulau. Fakta sejarah mengungkapkan bahwa dulu nusantara merupakan satu wilayah daratan yang luas sebelum menjadi wilayah kepulauan.
KESEMBILAN. Bukti bahwa negeri saba’ telah dihancurkan sehancur-hancurnya. “Maka kami jadikan mereka buah mulut dan kami hancurkan mereka sehancur-hancurnya. Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda- tanda kekuasaan Allah bagi setiap orang yang sabar lagi bersyukur.” (QS.34:19). Di Indonesia fakta jelas mengatakan bahwa wilayah nusan tara yang dulunya satu daratan, setelah banjir besar di jaman es terbagi menjadi 17.000 pulau. Dari 1 menjadi 17.000. dalam sejarah dunia belum pernah ada daratan yang karena suatu kejadian kemudian menyebabkannya terbagi menjadi 17.000 bagian. Inilah maksud dari dihancurkan sehancur-hancurnya. Semantara di Yaman tidak ada fakta semacam itu.
SEPULUH. “…Kami bataskan padanya perjalanan…”(QS.34:18). Setelah banjir besar, maka perjalana darat menjadi terbatas karena pulau-pulau dibatasi lautan. Sementara di Yaman tidak ditemukakan fakta ini.
SEBELAS. Jarak terbang ideal. “Maka tidak lama kemudian (datanglah hud-hud), lalu ia berkata: “Aku telah mengetahui sesuatu yang kamu belum mengetahuinya; dan kubawa kepadamu dari negeri Saba suatu berita penting yang diyakini.”(QS.27:22). “Pergilah dengan (membawa) suratku ini”(QS.27:28) jarak pemindahan istana adalah sejauh jarak terbang burung (36 km). di Indonesia jarak ideal ini ada Yaitu jarak candi Borobudur-candi Boko. Sementara kalo di Yaman, jarak antara Yaman-Palestina terlalu jauh.
KEDUABELAS. “Dan Tuhanmu Maha Memelihara segala sesuatu.” (QS.34:21). Jadi pastilah Allah memelihara negeri saba’ yang menjadi ayat (tanda kekuasaan) Nya itu. Di Yaman sudah tidak ada, sementara di Indonesia masih ada.
KETIGABELAS. Surat dari Nabi Sulaiman untuk ratu Balqis. “Berkata ia (Balqis): “Hai pembesar-pembesar, sesungguhnya telah dijatuhkan kepadaku sebuah surat yang mulia. Sesungguhnya surat itu, dari SuIaiman dan sesungguhnya (isi)nya: “bismillahirrahmaanirrahiim” (QS. 27:29-30). Di Indonesia ada bukti yang ditemukan di istana ratu boko berupa lempengan/plat emas bertuliskan bismillahirrahmaanirrahiim. Di Yaman tidak ada.
KEEMPATBELAS. Gedung yang tinggi. “Para jin itu membuat untuk Sulaiman apa yang dikehendakinya dari gedung-gedung yang tinggi dan patung-patung dan piring-piring yang (besarnya) seperti kolam dan periuk yang tetap (berada di atas tungku).”(QS.34:13). Di Indonesia jelas ada yaitu candi borobudur, sedangkan di Yaman tidak ada.
Bagaimana tanggapan para pembaca setelah membaca artikel ini? Tidak percaya??
Mengapa piramida berbentuk segitiga?
Rahasia di balik stupa di borobudur?
Di mana letak kerajaan Nabi Sulaiman dan Ratu Belqis?
Di mana letak kerajaan Nabi Ibrahim?
Rahasia di balik sa’i?
Hubungan Hajar Aswad dengan Candi Borobudur?
Rahasia Saba’ dalam Al Qur’an?
Bukti kebenaran kerajaan Nabi Sulaiman dan Ratu Belqis di Indonesia?
Silahkan tonton/download videonya disini :
https://www.youtube.com/watch?v=Jlp_NdmMb8E&feature=player_embedded 

Bagian luar Tata Surya masih memiliki banyak planet-planet minor yang belum ditemukan. Sejak pencarian Planet X dimulai pada awal abad ke 20, kemungkinan akan adanya planet hipotetis yang mengorbit Matahari di balik Sabuk Kuiper telah membakar teori-teori Kiamat dan spekulasi bahwa Planet X sebenarnya merupakan saudara Matahari kita yang telah lama “hilang”. Tetapi, mengapa kita harus cemas duluan akan Planet X/Teori Kiamat ini? Planet X kan tidak lain hanya merupakan obyek hipotetis yang tidak diketahui?
Teori-teori ini didorong pula dengan adanya ramalan suku Maya akan kiamat dunia pada tahun 2012 (Mayan Prophecy) dan cerita mistis Bangsa Sumeria tentang Planet Nibiru, dan akhirnya kini memanas sebagai “ramalan kiamat” 21 Desember 2012. Namun, bukti-bukti astronomis yang digunakan untuk teori-teori ini benar-benar melenceng.
Pada 18 Juni kemarin, peneliti-peneliti Jepang mengumumkan berita bahwa pencarian teoretis mereka untuk sebuah massa besar di luar Tata Surya kita telah membuahkan hasil. Dari perhitungan mereka, mungkin saja terdapat sebuah planet yang sedikit lebih besar daripada sebuah objek Plutoid atau planet kerdil, tetapi tentu lebih kecil dari Bumi, yang mengorbit Matahari dengan jarak lebih dari 100 SA. Tetapi, sebelum kita terhanyut pada penemuan ini, planet ini bukan Nibiru, dan bukan pula bukti akan berakhirnya dunia ini pada 2012. Penemuan ini adalah penemuan baru dan merupakan perkembangan yang sangat menarik dalam pencarian planet-planet minor di balik Sabuk Kuiper.
Dalam simulasi teoretis, dua orang peneliti Jepang telah menyimpulkan bahwa bagian paling luar dari Tata Surya kita mungkin mengandung planet yang belum ditemukan. Patryk Lykawa dan Tadashi Mukai dari Universitas Kobe telah mempublikasikan paper mereka dalam Astrophysical Journal. Paper mereka menjelaskan tentang planet minor yang mereka yakini berinteraksi dengan Sabuk Kuiper yang misterius itu.
Kuiper Belt Objects (KBOs)

Sedna, salah satu objek di Sabuk Kuiper. Kredit : NASA
Sabuk Kuiper menempati wilayah yang sangat luas di Tata Surya kita, kira-kira 30-50 SA dari Matahari, dan mengandung sejumlah besar objek-objek batuan dan metalik. Objek terbesar yang diketahui adalah planet kerdil (Plutoid) Eris. Telah lama diketahui, Sabuk Kuiper memiliki karakteristik yang aneh, yang mungkin menandakan keberadaan sebuah benda (planet) besar yang mengorbit Matahari dibalik Sabuk Kuiper. Salah satu karakterikstik tersebut adalah yang disebut dengan “Kuiper Cliff” atau Jurang Kuiper yang terdapat pada jarak 50 SA. Ini merupakan akhir dari Sabuk Kuiper yang tiba-tiba, dan sangat sedikit objek Sabuk Kuiper yang telah dapat diamati di balik titik ini. Jurang ini tidak dapat dihubungkan terhadap resonansi orbital dengan planet-planet masif seperti Neptunus, dan tampaknya tidak terjadi kesalahan (error) pengamatan. Banyak ahli astronomi percaya bahwa akhir yang tiba-tiba dalam populasi Sabuk Kuiper tersebut dapat disebabkan oleh planet yang belum ditemukan, yang mungkin sebesar Bumi. Objek inilah yang diyakini Lykawka dan Mukai, dan telah mereka perhitungkan keberadaannya.
Para peneliti Jepang ini memprediksikan sebuah objek besar, yang massanya 30-70 % massa Bumi, mengorbit Matahari pada jarak 100-200 SA. Objek ini mungkin juga dapat membantu menjelaskan mengapa sebagian objek Sabuk Kuiper dan objek Trans-Neptunian (TNO) memiliki beberapa karakteristik orbital yang aneh, contohnya Sedna.

Objek-objek trans Neptunian. Kredit : NASA
Sejak ditemukannya Pluto pada tahun 1930, para astronom telah mencari objek lain yang lebih masif, yang dapat menjelaskan gangguan orbital yang diamati pada orbit Neptunus dan Uranus. Pencarian ini dikenal sebagai “Pencarian Planet X”, yang diartikan secara harfiah sebagai “pencarian planet yang belum teridentifikasi”. Pada tahun 1980an gangguan orbital ini dianggap sebagai kesalahan (error) pengamatan. Oleh karena itu, pencarian ilmiah akan Planet X dewasa ini adalah pencarian untuk objek Sabuk Kuiper yang besar, atau pencarian planet minor. Meskipun Planet X mungkin tidak akan sebesar massa Bumi, para peneliti masih akan tetap tertarik untuk mencari objek-objek Kuiper lain, yang mungkin seukuran Plutoid, mungkin juga sedikit lebih besar, tetapi tidak terlalu besar.
“The interesting thing for me is the suggestion of the kinds of very interesting objects that may yet await discovery in the outer solar system. We are still scratching the edges of that region of the solar system, and I expect many surprises await us with the future deeper surveys.” – Mark Sykes, Direktur Planetary Science Institute (PSI) di Arizona.
Planet X Tidaklah Menakutkan
Jadi, dari mana Nibiru ini berasal? Pada tahun 1976, sebuah buku kontroversial berjudul The Twelfth Planet atau Planet Kedua belas ditulis oleh Zecharian Sitchin. Sitchin telah menerjemahkan tulisan-tulisan kuno Sumeria yang berbentuk baji (bentuk tulisan yang diketahui paling kuno). Tulisan berumur 6.000 tahun ini mengungkapkan bahwa ras alien yang dikenal sebagai Anunnaki dari planet yang disebut Nibiru, mendarat di Bumi. Ringkas cerita, Anunnaki memodifikasi gen primata di Bumi untuk menciptakan homo sapiens sebagai budak mereka.
Ketika Anunnaki meninggalkan Bumi, mereka membiarkan kita memerintah Bumi ini hingga saatnya mereka kembali nanti. Semua ini mungkin tampak sedikit fantastis, dan mungkin juga sedikit terlalu detail jika mengingat semua ini merupakan terjemahan harfiah dari suatu tulisan kuno berusia 6.000 tahun. Pekerjaan Sitchin ini telah diabaikan oleh komunitas ilmiah sebagaimana metode interpretasinya dianggap imajinatif. Meskipun demikian, banyak juga yang mendengar Sitchin, dan meyakini bahwa Nibiru (dengan orbitnya yang sangat eksentrik dalam mengelilingi Matahari) akan kembali, mungkin pada tahun 2012 untuk menyebabkan semua kehancuran dan terror-teror di Bumi ini. Dari “penemuan” astronomis yang meragukan inilah hipotesis Kiamat 2012 Planet X didasarkan. Lalu, bagaimanakah Planet X dianggap sebagai perwujudan dari Nibiru?
Kemudian terdapat juga “penemuan katai coklat di luar Tata Surya kita” dari IRAS pada tahun 1984 dan “pengumuman NASA akan planet bermassa 4-8 massa Bumi yang sedang menuju Bumi” pada tahun 1933. Para pendukung hipotesis kiamat ini bergantung pada penemuan astronomis tersebut, sebagai bukti bahwa Nibiru sebenarnya adalah Planet X yang telah lama dicari para astronom selama abad ini. Tidak hanya itu, dengan memanipulasi fakta-fakta tentang penelitian-penelitian ilmiah, mereka “membuktikan” bahwa Nibiru sedang menuju kita (Bumi), dan pada tahun 2012, benda masif ini akan memasuki bagian dalam Tata Surya kita, menyebabkan gangguan gravitasi.
Dalam pendefinisian yang paling murni, Planet X adalah planet yang belum diketahui, yang mungkin secara teoretis mengorbit Matahari jauh di balik Sabuk Kuiper. Jika penemuan beberapa hari lalu memang akhirnya mengarah pada pengamatan sebuah planet atau Plutoid, maka hal ini akan menjadi penemuan luar biasa yang membantu kita memahami evolusi dan karakteristik misterius bagian luar Tata Surya kita.

Melihat dalam Cahaya yang Berbeda


Ketika Matahari mulai muncul kembali seusai hujan, kadangkala kita melihat pelangi. Ini terjadi karena titik-titik air masih tertinggal di udara dan menyebabkan sinar matahari menyebarkan warna-warna pelangi. Rahasia kalau cahaya Matahari punya banyak warna pun terkuak.
Namun, cahaya punya rahasia lebih banyak lagi. Misalnya saja, tahukah kamu bahwa cahaya yang bisa kita lihat dengan mata kepala kita hanyalah salah satu dari berbagai macam cahaya? Barangkali kamu sudah familiar dengan beraneka macam cahaya ini, tapi mungkin kamu tidak menyadari kalau itu cahaya, seperti gelombang radio dan radiasi gelombang mikro. Ini disebabkan karena ketika orang mengatakan jenis cahaya yang dapat kita lihat dengan mata kepala, biasanya mereka hanya menyebutnya “cahaya” alih-alih “cahaya tampak.”

Galaksi radio Centaurus A yang dilihat ALMA. Kredit : ESO
Mata kita hanya mampu melihat cahaya tampak, sedangkan kamera-kamera khusus bisa mendeteksi jenis lainnya. Benda-benda akan lain penampakannya jika kamu memotretnya dalam cahaya yang berbeda. Sebagai contoh, foto galaksi Centaurus A berikut. Foto ini dibuat dengan mengombinasikan foto-foto galaksi tersebut yang diambil dengan teleskop yang bisa mendeteksi “cahaya” radio dan inframerah. Nah, sekarang perhatikan foto galaksi yang sama di sini dan diprotet dalam cahaya tampak.
Kedua foto memperlihatkan galaksi yang sama, tapi terlihat sangat berbeda. Foto yang menunjukkan galaksi dalam cahaya tampak memang terlihat lebih indah, tapi keduanya sama-sama memberikan informasi berharga bagi para astronom. Hanya dengan pengamatan dalam berbagai macam cahaya, para astronom bisa benar-benar memahami apa yang terjadi di alam semesta.
Fakta menarik : Hanya sekitar 4% dari obyek-obyek di alam semesta yang memancarkan cahaya.

Planet X Bukan Planet Nibiru

Bagian luar Tata Surya masih memiliki banyak planet-planet minor yang belum ditemukan. Sejak pencarian Planet X dimulai pada awal abad ke 20, kemungkinan akan adanya planet hipotetis yang mengorbit Matahari di balik Sabuk Kuiper telah membakar teori-teori Kiamat dan spekulasi bahwa Planet X sebenarnya merupakan saudara Matahari kita yang telah lama “hilang”. Tetapi, mengapa kita harus cemas duluan akan Planet X/Teori Kiamat ini? Planet X kan tidak lain hanya merupakan obyek hipotetis yang tidak diketahui?
Teori-teori ini didorong pula dengan adanya ramalan suku Maya akan kiamat dunia pada tahun 2012 (Mayan Prophecy) dan cerita mistis Bangsa Sumeria tentang Planet Nibiru, dan akhirnya kini memanas sebagai “ramalan kiamat” 21 Desember 2012. Namun, bukti-bukti astronomis yang digunakan untuk teori-teori ini benar-benar melenceng.
Pada 18 Juni kemarin, peneliti-peneliti Jepang mengumumkan berita bahwa pencarian teoretis mereka untuk sebuah massa besar di luar Tata Surya kita telah membuahkan hasil. Dari perhitungan mereka, mungkin saja terdapat sebuah planet yang sedikit lebih besar daripada sebuah objek Plutoid atau planet kerdil, tetapi tentu lebih kecil dari Bumi, yang mengorbit Matahari dengan jarak lebih dari 100 SA. Tetapi, sebelum kita terhanyut pada penemuan ini, planet ini bukan Nibiru, dan bukan pula bukti akan berakhirnya dunia ini pada 2012. Penemuan ini adalah penemuan baru dan merupakan perkembangan yang sangat menarik dalam pencarian planet-planet minor di balik Sabuk Kuiper.
Dalam simulasi teoretis, dua orang peneliti Jepang telah menyimpulkan bahwa bagian paling luar dari Tata Surya kita mungkin mengandung planet yang belum ditemukan. Patryk Lykawa dan Tadashi Mukai dari Universitas Kobe telah mempublikasikan paper mereka dalam Astrophysical Journal. Paper mereka menjelaskan tentang planet minor yang mereka yakini berinteraksi dengan Sabuk Kuiper yang misterius itu.
Kuiper Belt Objects (KBOs)

Sedna, salah satu objek di Sabuk Kuiper. Kredit : NASA
Sabuk Kuiper menempati wilayah yang sangat luas di Tata Surya kita, kira-kira 30-50 SA dari Matahari, dan mengandung sejumlah besar objek-objek batuan dan metalik. Objek terbesar yang diketahui adalah planet kerdil (Plutoid) Eris. Telah lama diketahui, Sabuk Kuiper memiliki karakteristik yang aneh, yang mungkin menandakan keberadaan sebuah benda (planet) besar yang mengorbit Matahari dibalik Sabuk Kuiper. Salah satu karakterikstik tersebut adalah yang disebut dengan “Kuiper Cliff” atau Jurang Kuiper yang terdapat pada jarak 50 SA. Ini merupakan akhir dari Sabuk Kuiper yang tiba-tiba, dan sangat sedikit objek Sabuk Kuiper yang telah dapat diamati di balik titik ini. Jurang ini tidak dapat dihubungkan terhadap resonansi orbital dengan planet-planet masif seperti Neptunus, dan tampaknya tidak terjadi kesalahan (error) pengamatan. Banyak ahli astronomi percaya bahwa akhir yang tiba-tiba dalam populasi Sabuk Kuiper tersebut dapat disebabkan oleh planet yang belum ditemukan, yang mungkin sebesar Bumi. Objek inilah yang diyakini Lykawka dan Mukai, dan telah mereka perhitungkan keberadaannya.
Para peneliti Jepang ini memprediksikan sebuah objek besar, yang massanya 30-70 % massa Bumi, mengorbit Matahari pada jarak 100-200 SA. Objek ini mungkin juga dapat membantu menjelaskan mengapa sebagian objek Sabuk Kuiper dan objek Trans-Neptunian (TNO) memiliki beberapa karakteristik orbital yang aneh, contohnya Sedna.

Objek-objek trans Neptunian. Kredit : NASA
Sejak ditemukannya Pluto pada tahun 1930, para astronom telah mencari objek lain yang lebih masif, yang dapat menjelaskan gangguan orbital yang diamati pada orbit Neptunus dan Uranus. Pencarian ini dikenal sebagai “Pencarian Planet X”, yang diartikan secara harfiah sebagai “pencarian planet yang belum teridentifikasi”. Pada tahun 1980an gangguan orbital ini dianggap sebagai kesalahan (error) pengamatan. Oleh karena itu, pencarian ilmiah akan Planet X dewasa ini adalah pencarian untuk objek Sabuk Kuiper yang besar, atau pencarian planet minor. Meskipun Planet X mungkin tidak akan sebesar massa Bumi, para peneliti masih akan tetap tertarik untuk mencari objek-objek Kuiper lain, yang mungkin seukuran Plutoid, mungkin juga sedikit lebih besar, tetapi tidak terlalu besar.
“The interesting thing for me is the suggestion of the kinds of very interesting objects that may yet await discovery in the outer solar system. We are still scratching the edges of that region of the solar system, and I expect many surprises await us with the future deeper surveys.” – Mark Sykes, Direktur Planetary Science Institute (PSI) di Arizona.
Planet X Tidaklah Menakutkan
Jadi, dari mana Nibiru ini berasal? Pada tahun 1976, sebuah buku kontroversial berjudul The Twelfth Planet atau Planet Kedua belas ditulis oleh Zecharian Sitchin. Sitchin telah menerjemahkan tulisan-tulisan kuno Sumeria yang berbentuk baji (bentuk tulisan yang diketahui paling kuno). Tulisan berumur 6.000 tahun ini mengungkapkan bahwa ras alien yang dikenal sebagai Anunnaki dari planet yang disebut Nibiru, mendarat di Bumi. Ringkas cerita, Anunnaki memodifikasi gen primata di Bumi untuk menciptakan homo sapiens sebagai budak mereka.
Ketika Anunnaki meninggalkan Bumi, mereka membiarkan kita memerintah Bumi ini hingga saatnya mereka kembali nanti. Semua ini mungkin tampak sedikit fantastis, dan mungkin juga sedikit terlalu detail jika mengingat semua ini merupakan terjemahan harfiah dari suatu tulisan kuno berusia 6.000 tahun. Pekerjaan Sitchin ini telah diabaikan oleh komunitas ilmiah sebagaimana metode interpretasinya dianggap imajinatif. Meskipun demikian, banyak juga yang mendengar Sitchin, dan meyakini bahwa Nibiru (dengan orbitnya yang sangat eksentrik dalam mengelilingi Matahari) akan kembali, mungkin pada tahun 2012 untuk menyebabkan semua kehancuran dan terror-teror di Bumi ini. Dari “penemuan” astronomis yang meragukan inilah hipotesis Kiamat 2012 Planet X didasarkan. Lalu, bagaimanakah Planet X dianggap sebagai perwujudan dari Nibiru?
Kemudian terdapat juga “penemuan katai coklat di luar Tata Surya kita” dari IRAS pada tahun 1984 dan “pengumuman NASA akan planet bermassa 4-8 massa Bumi yang sedang menuju Bumi” pada tahun 1933. Para pendukung hipotesis kiamat ini bergantung pada penemuan astronomis tersebut, sebagai bukti bahwa Nibiru sebenarnya adalah Planet X yang telah lama dicari para astronom selama abad ini. Tidak hanya itu, dengan memanipulasi fakta-fakta tentang penelitian-penelitian ilmiah, mereka “membuktikan” bahwa Nibiru sedang menuju kita (Bumi), dan pada tahun 2012, benda masif ini akan memasuki bagian dalam Tata Surya kita, menyebabkan gangguan gravitasi.
Dalam pendefinisian yang paling murni, Planet X adalah planet yang belum diketahui, yang mungkin secara teoretis mengorbit Matahari jauh di balik Sabuk Kuiper. Jika penemuan beberapa hari lalu memang akhirnya mengarah pada pengamatan sebuah planet atau Plutoid, maka hal ini akan menjadi penemuan luar biasa yang membantu kita memahami evolusi dan karakteristik misterius bagian luar Tata Surya kita.

Bayi Terbesar di Galaksi Kita

Dengan menggunakan teleskop ‘cahaya tampak’, kita hanya bisa melihat secuil saja dari isi alam semesta. Supaya bisa melihat gambaran keseluruhan alam semesta yang sebenarnya, kita perlu melihat semua jenis cahaya yang berasal dari langit. ‘Cahaya’ radio, sinar-X, dan inframerah adalah contoh-contoh jenis cahaya lainnya. Jenis yang itu sama seperti cahaya normal, hanya saja mata kalian tidak bisa melihatnya. Jenis-jenis cahaya tadi jenis cahaya yang tak kasat mata. Ini mirip dengan bunyi: manusia tidak bisa mendengar bunyi yang frekuensinya terlalu tinggi ataupun yang terlalu rendah (Tahukah kalian kalau anjing bisa mendengar bunyi yang frekuensinya terlalu tinggi untuk bisa didengar telinga kita?)
 Awan gas dan debu yang runtuh dan akan membentuk bintang raksasa! Saat si bintang itu nanti 'dilahirkan', massanya akan 100 kali lipat massa Matahari! Kredit: ALMA (ESO/NRAJ/NRAO)/NASA/Spitzer/JPL-Caltech/GLIMPSE
Awan gas dan debu yang runtuh dan akan membentuk bintang raksasa! Saat si bintang itu nanti ‘dilahirkan’, massanya akan 100 kali lipat massa Matahari! Kredit: ALMA (ESO/NRAJ/NRAO)/NASA/Spitzer/JPL-Caltech/GLIMPSE
Tanpa teleskop yang bisa menangkap jenis-jenis cahaya yang eksotis ini, kita tidak akan pernah melihat gumpalan raksasa dari objek-objek yang kita tahu sedang melayang-layang di angkasa. Misalnya, awan merah di foto ini tidak kasat mata sebelum akhirnya teleskop inframerah mengamatinya dan menghasilkan citra sebagai berikut: suatu area dramatis yang mengandung pita-pita gas dan debu. Sesudah penemuan ini, para astronom memutuskan untuk melihat awan tebal ini secara lebih detail dengan menggunakan teleskop ALMA, yang menangkap gelombang radio. Mereka tidak menyangka bakal menemukan bintang raksasa berkembang di dalam perut berdebu itu!
‘Perut’ itu, atau awan yang runtuh, mengandung materi 500 kali lebih banyak daripada yang dimiliki Matahari. Ini awan runtuh terbesar yang pernah diamati di Galaksi kita! Embrio bintang yang berkembang di dalamnya sedang kalap melahap materi-materi di sana. Awan tersebut diduga akan melahirkan bintang yang sangat terang dan bermassa hingga 100 kali lebih besar daripada massa Matahari! Hanya sekitar satu dari 10.000 bintang di Galaksi kita yang bisa sebesar itu!
Fakta menarik : Bintang paling masif yang pernah ditemukan bernama R136a1. Monster raksasa ini mempunyai massa sebesar 265 kali lipat massa Matahari dan kecerlangannya hampir 10 juta kali lipat terangnya Matahari! Kalau bintang ini diletakkan di pusat Tata Surya kita, terangnya akan mengalahkan terangnya Matahari sebagaimana terangnya Matahari mengalahkan terangnya Bulan.

Bagaimana membuktikan bahwa Bumi mengelilingi Matahari, dan bukan sebaliknya?


Pada awal perkembangan sains, orang-orang seperti Copernicus, Kepler, Galileo & Newton berpendapat bahwa alangkah lebih baik (untuk menjelaskan), lebih mudah (secara matematika) & lebih elegan (secara filosofis) bahwa Matahari berada di pusat, sementara Bumi & planet-planet berputar mengelilingi Matahari. Semua punya penjelasan yang memuaskan, secara teori untuk mengatakan hal itu.
Sampai sekarang, pelajaran SMU fisika pun memberikan penjelasan yang jelas & memuaskan, bahwa memang demikian ada-nya. Massa matahari yang jauh lebih besar daripada planet-planet membuat planet-planet harus tunduk pada ikatan gravitasi Matahari, sehingga planet-planet tersebut bergerak mengitari Matahari sebagai pusat. Demikian dari hukum Gravitasi Newton.
Perumusan matematika-nya secara gamblang dan jelas dijelaskan oleh perumusan Kepler, hanya karena Matahari yang menjadi pusat sistem.
Kalau memang begitu ada-nya dan tidak percaya, bagaimana membuktikannya? Gampang, terbang saja jauh-jauh dari sistem tata surya ke arah kutub, dan lihatlah bagaimana Bumi beserta planet-planet bergerak mengitari Matahari. Tentu saja ini adalah pernyataan yang bersikap humor. Tapi ini memang menjadi pertanyaan penting, bagaimana membuktikannya?
Bapak-bapak yang telah disebutkan tadi, tentu saja mempunyai pendapat yang berlaku sebagai hipotesa, dan harus bisa dibuktikan melalui pembuktian yang teramati/eksperimentasi. Apabila eksperimen berkesesuaian dengan hipotesa, maka hipotesa diterima dan itu menjadi teori. Bukankah demikian?
Baik, sekarang bagaimana membuktikannya? Satu-satu-nya cara membuktikan fenomena langit adalah melalui ilmu astronomi, yaitu ketika pengamatan dilakukan pada benda-benda langit lalu memberikan penjelasan ilmiah tentang apa yang sebenar-nya terjadi disana.
Tentu tidaklah mudah memberikan bukti yang langsung bisa menjelaskan secara cespleng bahwa Bumi berputar mengitari Matahari, bukankah lebih mudah mengatakan kebalikannya? Tapi seperti yang telah disampaikan, itu akan menjadi tidak baik, tidak mudah dan tidak elegan untuk menyatakan demikian. Ternyata dari pengamatan astronomi menunjukkan bahwa memang Bumi yang mengitari Matahari. Tidak percaya?
Bukti pertama, adalah yang ditemukan oleh James Bradley (1725). Pak Bradley menemukan adanya aberasi bintang.
Apa itu aberasi bintang? Bayangkan kita sedang berdiri ditengah-tengah hujan, dan air hujan jatuh tepat vertikal/tegak lurus kepala kita. Kalau kita menggunakan payung, maka muka & belakang kepala kita tidak akan terciprat air bukan? Kemudian kita mulai berjalan ke depan, perlahan-lahan & semakin cepat berjalan, maka seolah-olah air hujan yang tadi jatuh tadi, malah membelok dan menciprati muka kita. Untuk menghindari-nya maka kita cenderung mencondongkan payung ke muka. Sebetulnya air hujan itu tetap jatuh tegak lurus, tetapi karena kita bergerak relatif ke depan, maka efek yang terjadi adalah seolah-olah membelok dan menciprat ke muka kita.
Demikian juga dengan fenomena aberasi bintang, sebetulnya posisi bintang selalu tetap pada suatu titik di langit, tetapi dari pengamatan astronomi, ditemukan bahwa posisi bintang mengalami pergeseran dari titik awalnya, pergeseran-nya tidak terlalu besar, tetapi cukup untuk menunjukkan bawha memang sebenar-nya lah bumi yang bergerak.
Mari kita tinjau Gb.1.
Efek Aberasi Bintang
Aberasi terjadi jika pengamat adalah orang yang berdiri ditengah hujan, dan arah cahaya bintang adalah arah jatuhnya air hujan. Kemudian pengamat bergerak tegak ke muka, tegak lurus arah jatuhnya hujan. S menyatakan posisi bintang, E posisi pengamat di Bumi. Arah sebenarnya bintang relatif terhadap pengamat adalah ES, jaraknya tergantung pada laju cahaya. Kemudian Bumi BERGERAK pada arah EE’ dengan arah garis merepresentasikan lajunya. Ternyata pengamatan menunjukkan bahwa bintang berada pada garis ES’ alih-alih ES, dengan SS’ paralel & sama dengan EE’. Maka posisi tampak binang bergeser dari posisi sebenarnya dengan sudut yang dibentuk antara SES’.Jika memang Bumi tidak bergerak, maka untuk setiap waktu, sudut SES’ adalah 0, tetapi ternyata sudut SES’ tidak nol. Ini adalah bukti yang pertama yang menyatakan bahwa memang Bumi bergerak.
Bukti kedua adalah paralaks bintang. Bukti ini diukur pertama kali oleh Bessel (1838). Paralaks bisa terjadi jika posisi suatu bintang yang jauh, seolah-olah tampak ‘bergerak’ terhadap suatu bintang yang lebih dekat. (Gb.2). Fenomena ini hanya bisa terjadi, karena adanya perubahan posisi dari Bintang akibat pergerakan Bumi terhadap Matahari. Perubahan posisi ini membentuk sudut p, jika kita ambil posisi ujung-ujung saat Bumi mengitari Matahari. Sudut paralaks dinyatakan dengan (p), merupakan setengah pergeseran paralaktik bilamana bintang diamati dari dua posisi paling ekstrim.
Paralaks Bintang
Bagaimana kita bisa menjelaskan fenomena ini? Ini hanya bisa dijelaskan jika Bumi mengitari Matahari, dan bukan kebalikannya.Bukti ketiga adalah adanya efek Doppler.
Sebagaimana yang telah diperkenalkan oleh Newton, bahwa ternyata cahaya bisa dipecah menjadi komponen mejikuhibiniu, maka pengetahuan tentang cahaya bintang menjadi sumber informasi yang sahih tentang bagaimana sidik jari bintang (baca tulisan saya tentang ‘fingerprint of the star’) . Ternyata pengamatan-pengamatan astronomi menunjukkan bahwa banyak perilaku bintang menunjukkan banyak obyek-obyek langit mempunyai sidik jari yang tidak berada pada tempat-nya. Bagaimana mungkin? Penjelasannya diberikan oleh Bpk. Doppler (1842), bahwa jika suatu sumber informasi ‘bergerak’ (informasi ini bisa suara, atau sumber optis), maka terjadi ‘perubahan’ informasi. Kenapa bergeraknya harus tanda petik? Ini bisa terjadi karena pergerakannya dalah pergerakan relatif, apakah karena pengamatnya yang bergerak? Atau sumber-nya yang bergerak?
Demikian pada sumber cahaya, jika sumber cahaya mendekat maka gelombang cahaya yang teramati menjadi lebih biru, kebalikannya akan menjadi lebih merah. Ketika Bumi bergerak mendekati bintang, maka bintang menjadi lebih biru, dan ketika menjauhi menjadi lebih merah.
Disuatu ketika, pengamatan bintang menunjukkan adanya pergeseran merah, tetapi di saat yang lain, bintang tersebut mengalami pergeseran Biru. Jadi bagaimana menjelaskannya? Ini menjadi bukti yang tidak bisa dibantah, bahwa ternyata Bumi bergerak (bolak-balik – karena mengitari Matahari), mempunyai kecepatan, relatif terhadap bintang dan tidak diam saja.
Dengan demikian ada tiga bukti yang mendukung bahwa memang Bumi bergerak mengitari matahari, dari aberasi (perubahan kecil pada posisi bintang karena laju Bumi), paralaks (perubahan posisi bintang karena perubahan posisi Bumi) dan efek Doppler (perubahan warna bintang karena laju Bumi).
Tentu saja bukti-bukti ini adalah bukti-bukti ILMIAH, dimana semua pemaknaan, pemahaman dan perumusannya mempergunakan semua kaidah-kaidah ilmiah, masuk akal dan ber-bobot kebenaran ilmiah. Apakah memang demikian adanya? Seperti yang ungkapkan, sampai detik ini belum ada teknologi yang bisa membuat kita bisa terbang jauh-jauh ke luar angkasa, sedemikian jauhnya sehingga bisa melihat memang begitulah yang sebenarnya. Tetapi, pembuktian metode ilmiah selama ini cukup sahih untuk menjawab banyak ketidak-pahaman manusia tentang posisi-nya di alam. Dan bukti-bukti yang telah disebutkan tersebut cukup untuk menjadi landasan untuk menjawab bahwa memang Bumi mengitari Matahari; dari pengetahuan Bumi mengitari Matahari, banyak hal-hal yang telah diungkap tentang alam semesta ini, sekaligus menjadi landasan untuk mencari jawab atas banyak hal yang belum bisa dijawab pada saat ini.

Penemuan Lubang Hitam Termuda

Sebuah berita mengejutkan muncul malam ini. Para astronom yang melakukan penelitian menggunakan Chandra X-ray Observatory milik NASA berhasil menemukan bukti keberadaan lubang hitam termuda di lingkungan kosmik.
Lubang Hitam Muda
Berapa usianya? Jika selama ini para astronom mengenal usia benda langit dalam usia yang sudah sangat tua, bahkan yang muda pun biasanya beberapa ribu tahun, maka obyek yang satu ini jelas sangat unik.
Lubang hitam yang ditemukan ini baru berumur 30 tahun!.
Apa artinya? Artinya, para astronom berkesempatan untuk megamati tipe lubang hitam yang satu ini bertumbuh dan berkembang dari masa kanak-kanak.
Yang pasti, lubang hitam ini akan memberikan informasi yang dapat membawa para astronom memahami ledakan bintang masif yang biasanya menyisakan lubang hitam atau bintang netron. Selain itu para astronom juga bisa mengetahui jumlah lubang hitam di galaksi Bima  Sakti dan galaksi lainnya.

SN 1979C di galaksi M100. Kredit : X-ray: NASA/CXC/SAO/D.Patnaude et al, Optical: ESO/VLT, Infrared: NASA/JPL/Caltech
Lubang hitam yang diamati oleh Chandra ini berasal dari sisa ledakan bintang supernova SN 1979C yang berada di galaksi M100, sekitar 50 juta tahun cahaya dari Bumi. Data yang dihasilkan oleh satelit Swift (NASA), XMM-Newton (ESA), dan ROSAT  (Jerman) berhasil mengungkap sumber sinar-X yang cerlang dan tidak berubah sepanjang pengamatan yang dilakukan dari tahun 1995 – 2007. Ini mengindikasikan kalau obyek tersebut merupakan lubang hitam yang sedang diberi makan oleh materi yang jatuh ke dalamnya dari puing puing supernova atau dari bintang pasangan.
Jika interpretasi ini benar, maka obyek yang ditemukan tersebut merupakan contoh terdekat dari kelahiran lubang hitam yang bisa diamati.

SN 1979C

SN 1979C, pertama kali ditemukan oleh astronom amatir pada tahun 1979, terbentuk saat bintang dengan massa sekitar 20 massa Matahari mengalami keruntuhan.  Pengamatan sebelumnya juga berhasil menemukan lubang hitam baru pada alam semesta jauh dalam bntuk ledakan sinar gamma / gamma ray burst (GBR).
Akan tetapi, SN 1979C ini berbeda karena ia berada lebih dekat dan berasal dari kelas supernova yang tidak terasosiasi dengan ledakan sinar gamma. Jika mengacu pada teori, sebagian besar lubang hitam di alam semesta terbentuk saat inti bintang mengalami keruntuhan dan tidak menghasilkan ledakan sinar gamma. Dan untuk pertama kalinya, lubang hitam seperti itu ditemukan.
Yang jadi permasalahan adalah, sangat sulit untuk bisa menentukan tipe kelahiran lubang hitam karena dibutuhkan pengamatan sinar-X selama beberapa dekade untuk bisa mendapatkan jawabannya.
Lubang hitam berusia 30 tahun yang tampak oleh Chandra ini memiliki kesesuaian dengan teori. Menurut teori yang disampaikan pada tahun 2005, cahaya optik yang sangat terang pada supernova ini ditenagai oleh jet dari lubang hitam yang tidak dapat menembus selubung hidrogen bintang untuk membentuk ledakan sinar gamma.  dan hasil pengamatan SN 1979C ternyata cocok dengan teori tersebut.
Perdebatan Yang Muncul
Meskipun bukti yang ada mengarahkan obyek ini sebagai lubang hitam yang baru terbentuk di SN 1979C, ada kemungkinan lain yang juga dimunculkan mengenai obyek baru dan masih muda ini.
Bisa jadi obyek tersebut merupakan bintang netron muda yang berputar sangat cepat dan menghasilkan angin yang sangat kuat dan partikel berenergi yang kemudian memancarkan sinar-X.  Jika memang benar demikian, maka obyek di SN 1979C ini akan menjadi contoh paling cerlang sekaligus paling muda dari pulsar angin nebula serta bintang netron termuda yang pernah diketahui.  Saat ini pulsar Crab, yang merupakan pulsar angin nebula yang sangat cerlang pun usianya mencapai 950 tahun.

Gas yang Diaduk Laksana Minuman Soda


Seperti halnya minuman bersoda yang memiliki gelembung yang bergerak kesana kemari dalam gelas, demikian juga awan raksasa dari gas panas yang diaduk maju mundur dalam foto yang diambil dari angkasa ini.

Gugus Galaksi. kredit : X-ray: NASA/CXC/BU/L.Blanton; Optical: ESO/VLT
Foto yang diambil itu menunjukan setumpuk koleksi galaksi, atau yang dikenal sebagai Gugus Galaksi (yang terdiri dari beberapa galaksi). Area berwarna emas merupakan galaksi tunggal sementara bagian berwarna biru di foto menunjukkan keberadaan gas panas, yang suhuna sekitar 30 juta derajat Celsius! Panas sekali!
Gas panas berupa spriral raksasa itu terbentuk saat Gugus Galaksi yang kecil menabrak Gugus yang lebih besar yang ada di tengah foto. Tabrakan seperti ini di angkasa tidak terjadi hanya dalam satu tabrakan. Yang terjadi, gugus galaksi yang kecil akan tampak berdansa maju dan mundur mendekati Gugus Galaksi yang lebih besar dan kemudian melwatinya sebelum kemudian kebali lagi. Benar-bear sebuah gerakan maju mundur menembus si Gugus yang lebih besar. Ini terjadi beberapa kali dan setiap kali pula si Gugus Kecil ini semakin dekat sampai akhirnya ia bergabung dengan Gugus Galaksi yang lebih besar.
Sementara itu, tarian yang dilakukan oleh Gugus Galaksi yang kecil merusak gas panas di pusat Gugus Galaksi yang lebih besar. Saat gugus yang kecil mendekat, gas panas di pusat Gugus yang besar tertarik oleh gravitasinya. Dan setelah Gugus yang lebih kecil melewati pusat, arah dari gas yang ditarik itu berbaik arah dan kembali ke pusat. Pada dasarnya, gas bergerak maju mundur mirip seperti minuman soda yang diaduk di dalam gelas!

Fakta Menarik : Gugus Galaksi ini berada sangat jauh dan cahayanya butuh waktu 480 juta tahun untuk bisa dilihat oleh dua teleskop – 1 di Bumi dan 1 lagi sedang mengorbit di sekitar Bumi – yang digunakan untuk memotret Gugus Galaksi tersebut!

Seberapa Masifkah Bintang Bisa Jadi Lubang Hitam?


Magnetar, tipe dalam Bintang Netron yang memiliki medan magnet ultra-kuat, bahkan ribuan kali lebih kuat dari bintang netron normal dan menjadikan mereka magnet paling kuat di kosmos. Dengan menggunakan Very Large Telescope milik ESO, astronom eropa untuk pertama kalinya bisa menyaksikan terbentuknya magnetar dari sebuah bintang yang massanya 40 kali massa Matahari.

Ilustrasi artis untuk menggambarkan magnetar. kredit : ESO/L. Calçada
Ada yang menarik dari hasil pengamatan tersebut. Bagaimana tidak, hasil ini justru menjadi tatangan baru dalam teori evolusi bintang yang sudah ada. Menurut teori evolusi, bintang masif dengan massa seperti yang diamati oleh para astronom tersebut seharusnya berakhir sebagai sebuah lubang hitam bukannya magnetar. Dengan demikian muncul pertanyaan, bintang semasif apakah yang akan berakhir sebagai lubang hitam?
Pengamatan Gugus Westerlund 1
Cerita ini dimulai dari penelitian para astronom yang mengamati gugus bintang muda Westerlund 1 yang berada pada jarak 16000 tahun cahaya di rasi bintang Ara (the Altar).
Westerlund 1 memang merupakan kebun bintang sekaligus gugus bintang super terdekat yang diketahui dan memiliki ratusan bintang yang sangat masif, yang walaupun berbeda-beda namun sangat eksotis. Kesamaan bintang-bintang dalam gugus ini adalah, mereka memiliki usia yang sama dalam rentang 3,5 – 5 juta tahun. Hal ini disebabkan karena gugus Westerlund 1 memang terbentuk dari satu kejadian pembentukan bintang.
Sebagian bintang di Westerlund 1 bersinar terang dengan kecerlangan hampir mencapai 1 juta kali kecerlangan Matahari dan untuk ukurannya sebagian bintang disana memiliki diameter 2 ribu kali diameter Matahari. Jika dibandingkan, diameter tersebut sebesar orbit Saturnus. Bahkan seandainya Matahari berada di jantung gugus yang luar biasa ini, bisa dipastikan langit malam di Bumi akan dipenuhi bintang-bintang yang cemerlang seperti halnya bulan Purnama.
Mengenal Magnetar Yang Tersisa di Gugus Westerlund 1
Magnetar merupakan tipe bintang netron yang memiliki medan magnet ultra kuat – sekitar 1 juta triliun kali lebih kuat dari medan magnet Bumi. Medan magnet ultra kuat tersebut bisa terbentuk saat bintang dengan massa tertentu mengakhiri hidupnya dengan meledak sebagai Supernova. Di dalam gugus Westerlund 1, terdapat beberapa magnetar yang sudah di kenal di Bima Sakti. Dari rumahnya di gugus inilah, para astronom bisa menyimpulkan kalau magnetar yang mereka lihat terbentuk dari bintang dengan massa 40 massa Matahari.
Karena semua bintang di Westerlund 1 memiliki usia yang sama, bintang yang meledak dan meninggalkan sisa magnetar tentu akan memiliki waktu hidup yang lebih pendek dari bintang yang masih ada di gugus tersebut.
Kala hidup bintang itu selalu terkait dengan massanya. Kalau massa bintang itu besar, kala hidupnya juga pendek. Dengan demikian, jika dilakukan pengukuran pada massa bintang yang masih ada di gugus, maka akan diketahui kalau bintang yang memiliki kala hidup lebih pendek dan telah menjadi magnetar tentu bintang yang lebih masif.
Studi Bintang Ganda
Para astronom kemudian mempelajari bintang-bintang yang berasal dari sistem bintang ganda gerhana W13 di gugus Westerlund 1. Hal ini disebabkan karena dalam sistem seperti ini, massa dapat langsung ditentukan dari gerak bintang. Dengan membandingkan bintang-bintang yang ada, para peneliti menemukan kalau bintang yang menjadi magnetar tentunya memiliki massa setidaknya 40 kali massa Matahari.

Gugus Bintang Muda Westerlund 1 yang diamati. Lingkaran di atas merupakan bintang ganda W13 yang dipelajari. Dan lingkaran di bagian bawah merupakan lokasi Magnetar. Kredit : ESO
Hasil ini jelas menjadi bukti untuk pertama kalinya kalau magnetar bisa terbentuk dari evolusi bintang masif yang secara normal seharusnya membentuk lubang hitam. Asumsi sebelumnya, bintang dengan massa awal antara 10 0 25 massa Matahari akan membentuk bintang netron sedangkan yang lebih masih atau lebih besar dari 25 massa Matahari akan membentuk lubang hitam.
Namun untuk menjadi magnetar, bintang tersebut harus menghilangkan 9/10 massanya sebelum meledak sebagai supernova atau mereka akan tetap membentuk lubang hitam dari inti yang tersisa setelah bintang tersebut meledak. Nah, supaya bisa terjadi kehilangan massa yang demikian besar sebelum terjadinya ledakan merupakan tantangan baru untuk dipahami oleh para astronom sekaligus menjadi tantangan dari teori evolusi bintang yang ada saat ini.
Pertanyaan lain pun muncul. Jadi seberapa masifkah sebuah bintang yang runtuh bisa membentuk lubang hitam jika bintang yang massanya 40 massa Matahari saja tidak berakhir dengan lubang hitam.
Asal Mula si Magnetar
Menurut cerita mekaisme pembentukan bintang yang dipostulatkan para astronom, sebuah bintang yang akan menjadi magnetar – (bintang pendahulu) – lahir bersama dengan bintang pasangan. Saat kedua bintang berevolusi mereka akan mulai berinteraksi. Dengan energi yang berasal dari gerak orbit yang dihasilkan dalam jumlah besar maka akan terjadi lontaran massa bintang yang sangat besar dari bintang pendahulunya.
Hal menarik lainnya dari pengamatan tersebut, tidak ditemukan bintang pasangan di lokasi magnetar ditemukan. Penjelasannya, bisa jadi supernova yang kemudian menyisakan magnetar ledakannya telah menyebabkan sistem bintang tersebut hancur, dan melontarkan kedua bintang dari gugus dengan kecepatan tinggi.
Jika memang demikian, bintang ganda memiliki peran penting untuk kehilangan massa bintang dalam evolusi bintang. Bahkan ia bisa menjadi rencana diet yang bagus bagi bintang-bintang yang kelebihan massa, karena dapat menghilangkan 95% massa awalnya.

Hancurnya Potensi Kehidupan di Sistem Keplanetan Katai Merah

Kehidupan di alam semesta sepertinya jauh lebih langka dari yang diperkirakan sebelumnya.  
Bagaimana mengetahuinya? Para astronom mencari planet yang berpotensi laik huni pada bintang katai merah yang mengisi setidaknya 80% porsi bintang di alam semesta. Akan tetapi, tampaknya mimpi untuk menemukan lebih banyak planet laik huni tidak akan tercapai dengan mudah. Kendala itu datang dari cuaca antariksa yang keras yang dapat melucuti atmosfer planet batuan yang menempati area laik huni bintang katai merah.
Ilustrasi planet yang mengitari katai merah di zona laik huni. Kredit: David A. Aguilar (CfA)
Ilustrasi planet yang mengitari katai merah di zona laik huni. Kredit: David A. Aguilar (CfA)
Lingkungan antariksa yang ekstrim menjadi problematika bagi planet di katai merah selain permasalahan lainnya seperti penguncian gravitasi.
Bumi juga memiliki masalah yang serupa. Akan tetapi, Bumi memiliki pelindung yang senantiasa menjaga Bumi dari ledakan Matahari dan cuaca antariksa yang keras. Pelindungnya ada dua. yang pertama adalah jarak Bumi – Matahari yang cukup jauh yakni 150 juta km dan yang kedua adalh medan magnet. Seperti halnya pelindung di Starship Enterprise, medan magnet Bumi berfungsi untuk membelokkan ledakan energi yang datang.  Jarak Bumi -Matahari merupakan pelindung bagi Bumi karena, zona laik huni bintang sekelas Matahari memang lebih jauh dari bintang dibanding bintang katai merah yang kecil. Untuk bintang katai merah, zona laik huni berada lebih dekat ke bintang dibanding Bumi ke Matahari sehingga planet laik huni juga otomatis jaraknya lebih dekat ke bintang induk. Konsekuensi jarak yang lebih dekat ke bintang induk, planet di bintang katai merah lebih rentan terpapar cuaca antariksa yang keras.
Dalam penelitian sebelumnya, ditelaah bagaimana pengaruh ledakan bintang atau flare bintang katai merah terhadap planet di dekatnya. Ofer Cohen dari Harvard-Smithsonian Center for Astrophysics (CfA), dalam penelitiannya melakukan pemodelan untuk menganalisa efek yang ditimbulkan oleh bintang katai merah yang secara konstan meniupkan angin bintang. Pemodelan yang dilakukan oleh Cohen, diterapkan pada 3 planet di bintang katai merah yang sudah diketahui keberadaannya yang bergerak mengelilingi bintang katai merah paruh baya.
Hasil pemodelan menunjukan kalau medan magnetik seperti yang dimiliki Bumi pun tidak akan dapat melindungi planet di zona laik huni bintang katai merah dari gempuran angin bintang yang berubi-tubi. Pemodelan juga menunjukan, ada saatnya perisai magnetik tersebut mampu menahan gempuran, akan tetapi lebih sering perisai magnetik tersebut melemah dalam menghadapi cuaca antariksa yang keras.
Untuk bintang katai merah dengan planet yang berada dekat dengan bintang, kondisi yang dihadapi jauh lebih ekstrim dari yang dihadapi oleh Bumi. Akibatnya, planet yang ada akan dilucuti atmosfernya dari waktu ke waktu.
Cuaca antariksa yang sangat ekstrim itu juga menghasilkan tontonan spektakuler seperti halnya di kutub Bumi saat partikel-partikel dari Matahari berinteraksi dengan madan magnetik Bumi.  Cuaca antariksa yang ekstrim memicu terjadinya aurora di langit planet katai merah dan diperkirakan 100 000 lebih kuat dari aurora di Bumi. Bahkan kalau di Bumi, aurora hanya tampak di kutub dan lintang tinggi ketika terjadinya flare raksasa di Matahari, maka bagi planet di bintang katai merah, aurora bukan saja di kutub tapi merentang sampai mengarah ke ekuator.
Jika Bumi mengorbit bintang katai merah, maka masyarakat Boston akan bisa melihat aurora setiap malam! Tak hanya aurora setiap malam, sebagian Bumi akan berada dalam kegelapan abadi mengingat planet terkunci secara gravitasi dengan bintang induknya. Dan implikasi lainnya, akan terjadi badai kencang secara terus menerus akibat perbedaan temperatur sisi siang dan sisi malam yang besar.
Dan kehidupan pun tak akan mampu bertahan dari gempuran cuaca seperti itu.

Tabrakan di Planet Jupiter


Tahun lalu tepatnya tanggal 19 Juli 2009, para pengamat langit dikejutkan dengan peristiwa ditabraknya Jupiter oleh benda asing yang tak dikenal. Berbagai analisis diberikan salah satunya si penabrak ini merupakan benda setengah asteroid dan setengah komet.
Dan hampir setahun kemudian di tanggal 3 Juni 2010 pukul 20.30 UT atau 4 Juni 04.30 wib, Anthony Wesley dari Australia yang tahun lalu menjadi orang pertama yang menyaksikan tabrakan jupiter, kembali berhasil melihat tanda adanya tabrakan lain yang terjadi di Jupiter. Bekas tabrakan baru ini juga dikonfirmasi keberadaannya oleh Christopher Go dari Filipina.

Citra Jupiter yang diambil oleh Anthony Wesley, 3 Juni 2010 jam 20.30 UT. Kredit : Anthony Wesley
Lanjutan Cerita Setahun Lalu
Bersamaan dengan tabrakan baru di Jupiter, sebuah hasil penelitian juga dirilis tentang obyek misterius yang tanpa peringatan telah menabrak Jupiter tahun lalu dan menyisakan tanda gelap sebesar lautan Pasifik. Tanda ini pertama kali dilihat oleh astronom amatir Anthony Wesley dari Australia yang ditindak lanjuti oleh observatorium di seluruh dunia termasuk Teleskop Hubble milik NASA. Semuanya mengarahkan matanya pada bintik tak terduga yang tercipta di planet gas raksasa ini.
Sebelum tahun 2009, para astronom juga sudah pernah menjadi saksi hidup kejadian kosmik yang sama di bulan Juli 1994 saat lebih dari 20 potongan komet P/Shoemaker-Levy 9 (SL9) masuk dalam atmosfer Jupiter. Salah satu kebetulan yang menarik, tabrakan di tahun 2009 itu terjadi pada minggu yang sama 15 tahun kemudian.

Citra Jupiter yang diambil Hubble tahun 2009. Sebuah tabrakan misterius yang menyisakan tanda. Kredit : NASA, ESA, M. H. Wong (University of California, Berkeley), H. B. Hammel (Space Science Institute, Boulder, Colo.), I. de Pater (University of California, Berkeley), & Jupiter Impact Team
Perbandingan Citra Pengamatan
Perbandingan citra yang dilakukan dengan menggunakan citra Hubble dari kedua tabrakan (1994 dan 2009) menunjukkan kalau obyek tersangkanya adalah asteroid berukuran 500 meter. Citra yang diambil tampaknya menunjukan kondisi paling awal atau kondisi tepat sesudah terjadinya tabrakan dari sbeuah asteroid pada planet bukannya komet.
Tabrakan terus menerus yang terjadi di Jupiter mengungkapkan bahwa Tata Surya merupakan tempat yang kacau, dimana kejadian tak terduga bisa saja terjadi lebih sering. Bahkan sebenarnya untuk kasus Jupiter, diperkirakan planet gas ini akan mengalami tabrakan setiap beberapa ratus tahun sampai beberapa ribu tahun sekali. Ternyata? Dalam 15 tahun dan dalam selang 1 tahun sudah ada tabrakan yang menyisakan tanda. Walaupun survei untuk mengkatalogkan asteroid terus dilakukan, namun masih saja ada benda-benda kecil yang tidak dikenal dan muncul tiba-tiba menyebabkan terjadinya malapetaka.
Kejadian yang terjadi diam-diam dalam sepi tentunya mengejutkan karena pengamatan hanya bisa menangkap dampak setelah tabrakan terjadi. Untungnya di tahun 1994, Teleskop Hubble berhasil mengamati dan mengambil citra keseluruhan rangkaian fenomena tabrakan termasuk sifat dan asal usul si obyek penabrak sebelum terjadinya tabrakan.
Di tahun 2009, astronom Heide Hammel dari Space Science Institute di Boulder, Colo, bersama timnya berhasil melihat dan menangkap citra puing-puing hasil tabrakan dengan Wide Field Camera 3 dan Advanced Camera for Surveys yang dimiliki Teleskop Hubble
Hasil analisa mengungkap kunci perbedaan antara kedua tabrakan (1994 dan 2009), dan memberi petunjuk untuk tabrakan 2009. Pada kejadian tabrakan tahun 1994, para astronom melihat adanya halo yang muncul di sekitar lokasi dalam citra ultra ungu yang diambil Hubble. Keberadaan halo ini merupakan bukti debu halus yang timbul dari tumbukan pecahan-pecahan komet. Citra ultra ungu yang diambil itu juga menunjukkan kekontrasan atau perbedaan yang kuat dari puing-puing yang muncul akibat tabrakan dan awan Jupiter.
Pada tabrakan tahun 2009, citra ultra ungu Hubble tidak menunjukkan keberadaan halo dan perbedaan yang muncul dari puing hasil tabrakan dan awan Jupiter memudar dengan cepat. Kedua petunjuk menunjukkan kurangnya partikel ringan yang memberikan bukti tak langsung untuk tabrakan yang terjadi oleh asteroid padat dibanding debu komet.
Bentuk lonjong dari situs tabrakan juga berbeda dari tabrakan tahun 1994, mengindikasikan obyek yang menabrak Jupiter di tahun 2009 datang dari sudut yang lebih rendah dibanding pecahan SL9. Selain itu obyek yang datang di tahun 2009 ini juga datang dari arah yang berbeda dari arah datangnya pecahan SL9.
Asteroid apakah itu?
Untuk mengetahui lebih lanjut tentang tabrakan di Jupiter setahun yang lalu, anggota tim Agustin Sanchez-Lavega dari University of the Basque Country di Bilbao, Spanyol, mengadakan analisa untuk mendapatkan kemungkinan orbit dari si obyek penabrak. Hasilnya diindikasi kalau si penabrak ini kemungkinan berasa dari obyek di keluarga Hilda, sabuk asteroid sekunder yang terdiri dari 1100 asteroid yang mengorbit dekat Jupiter.
Tabrakan di tahun 2009 itu sendiri memiliki kekuatan sama dengan beberapa ribu kekuatan ledakan bom nuklir standar, atau sebanding dengan tabrakan pecahan medium SL9 di Jupiter 15 tahun lalu. Pecahan terbesar yang meledak bisa memiliki beberapa kali lebih kuat dibanding seluruh ledakan nuklir yang ada di Bumi.
Noda Gelap di Wajah Jupiter
Bintik gelap yang tampak di Jupiter memang sesekali tampak muncul dalam sejarah pengamatan. Catatan pengamat Jupiter telah dipenuhi berbagai referensi dari keberadaan bintik-bintik tersebut, termasuk di dalamnya bintik putih, bintik aneh maupun bintik yang sudah dikenal dengan baik. Hanya sedikit yang bisa menjadi tanda terjadinya tabrakan pada Jupiter oleh benda lain.
Di tahun 1686, astronom Italia Giovanni Cassini meaporkan adanya bintik gelap di Jupiter yang besarnya sebesar hasil tabrakan pecahan terbesar SL9. Dan hampir 150 tahun kemudian di tahun 1834, astronom Inggris George Airy melaporkan adanya fitur gelap di sabuk selatan Jupiter yang tampak 4 kali lebih besar dari bayangan di planet yang disebabkan oleh bulan Galilean.
Kerjasama Para Astronom Amatir
Di balik semua kejadian di Jupiter, teramatinya tabrakan di tahun 2009 maupun di tahun 2010 ini menunjukkan pentingnya kehadiran dan kerja para astronom amatir. Selain itu, ini juga menunjukkan bagaimana seharusnya para astronom amatir dan profesional saling bekerjasama dalam mengamati langit malam dan menyingkap setiap rahasia di baliknya.